English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Jumat, 29 Januari 2010

KAN CUMA DIKIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT

KAN CUMA DIKIT......!!!

Salah seorang kakak kelas di SMA pernah menuturkan pengalamannya saat diajar oleh guru galaknya. Waktu itu suasana kelas sedang hening. Namun tiba-tiba terdengar suara “thiiiiiiit.....”.Sebenarnya pelan,tapi karena hening ya kedengeran juga.
Sang guru mendadak murka. Dilacaklah bunyi tadi...akhirnya terungkap juga siapa pelaku peledakkan bom biologis itu. Dengan pucat ia menjawab tuduhan sang guru.....:
Guru : Kamu kentut ya......??!!
Murid : Ng...ng...nggak Pa....
Guru : Nggak usah bohong...ayo ngaku!!!! Kamu kentut kan????
Murid : Anu Pak...anu...nggak kok....
Guru : Lha...tadi itu apa...????
Murid : Kan...Cuma dikit Pak.....
Gubraaaaaaaaaak.............
Anak yang aneh. Meskipun sedikit...kan tetep aja kentut namanya. Itulah yang sering terjadi di masyarakat. Mengabaikan yang sedikit. Sampai seringkali dianggap ga ada.
Saya ingat salah satu teman saya yang pemabuk berat yang sudah mulai sadar,dia bilang sudah tidak pernah mabuk lagi,tapi sebagai gantinya ia menyeruput anggur cap Orang Tua...Saat ditegur ia bilang,”Halah....kadar alkoholnya kan Cuma sedikit,nggak akan memabukkan...” Sedikit dianggap tidak ada.
Demikian pula dengan pendapat salah seorang teman saya yang menjadi seorang satpam di diskotik,setiap hari ngumpul sama orang yang menjadi murid dari pendekar dewa mabok. Karena pakewuh,akhirnya nenggak juga walau Cuma satu sloki. Saat ditegur istrinya ia bilang “Hah...kan Cuma satu sloki,ga akan bikin mabuk kan ga papa...”
Urusan ini merembet ke segala arah. Saat saya berbicara tentang obat yang mengandung alkohol pada teman saya yang seorang dokter ia berkata,” Kan kadar alkoholnya kecil...ga papa kan??? Buat obat juga kan?” Padahal alkohol disitu perannya bukan untuk obat.
Hal ini juga merembet ke dunia perkorupsian. Saat korupsi Cuma kecil dianggap sepele. Wajar dan perlu,bahkan kalau diusut kesannya malah seperti kurang kerjaan. Sampai ada wacana buat memaafkan korupsi kalau cuma jutaan rupiah saja. Yang namanya korupsi itu kalau jumlahnya minimal satu milyar. Kalau cuma mengkorupsi kwitansi belanja kertas,beli komputer,mark up biaya operasional dan segala tetek bengeknya...itu cuma gurem. Gak pantes di urus. Lha memang rejeki pegawai rendahan itu ya dari situ. Dah gila semua...
Saat saya masuk kedalam lingkungan sebuah instansi pemerintahan di salah satu kabupaten di Jawa Tengah,kenyataan yang terjadi disana sungguh sangat menyesakkan dada,mark up biaya anggaran dimana-mana,kwitansi fiktif bermunculan,harga pemasangan canopi yang hanya berkisar 2-3 juta menjadi hampir dua kali lipat,setiap tahun anggaran baru mereka beramai-ramai mengganti komputer yang sebetulnya masih sangat bagus dengan keluaran terbaru,padahal hanya dipakai untuk mengetik berbagai dokumen..sementara komputer yang lama langsung pindah ke rumah para pegawai...halah...halah....
Belum lagi biaya untuk perjalanan dinas yang sebetulnya tidak diperlukan,ada study banding lah,kunjungan kerja lah....padahal semua itu hanya akal-akalan mereka yang ada di jalur birokrasi untuk menghabiskan dana anggaran karena untuk mereka apabila tahun anggaran berakhir tidak ada istilah”setor kembali”, jadi dana anggaran yang mereka dapat harus dihabiskan walau akhirnya harus sibuk mencari kwitansi palsu,cap stempel palsu..
Tidakkah mereka menyadari bahwa biaya untuk menyelenggarakan pemerintahan itu sangat mahal dan dibiayai oleh pajak masyarakat yang saat ini sudah merasa sangat kesusahan menanggung biaya hidup mereka sendiri? Kok malah mereka,aparat yang harusnya jadi pelayan masyarakat malah dibiayai oleh masyarakat yang sudak kembang kempis menahan kesusahan hidup...beli elektronik bayar pajak,beli makanan bayar pajak,pakai jalan bayar pajak,pakai listrik bayar pajak.
Seharusnya para birokrat itu malu,seragam yang mereka kenakan masyarakat yang belikan,mobil plat merah mereka masyarakat yang belikan bensin,tapi apa yang mereka lakukan? Mereka tetap istiqamah sabet sana sabet sini...korupsi kok berjama’ah.
Lha kalau yang kecil dibiarkan kan jadinya besar juga... Menyepelekan hal yang kecil awal dari kerusakan yang besar. Yang namanya orang kesandung itu kan karena barang kecil,kalau ada orang kesandung gardu ronda,itu namanya nubruk,bukan kesandung....

Mikaela191209

Tidak ada komentar:

Posting Komentar