English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Rabu, 09 Maret 2011

Smartphone For Stupid Users

Awalnya adalah ide untuk membuat segalanya jadi lebih praktis. Gimana caranya agar bermacam hal bisa dikerjakan dengan satu gadget saja? Gimana caranya supaya bisa internetan tanpa harus bawa desktop ke mana-mana? Untuk alasan-alasan inilah sejumlah orang pintar menciptakan smartphone alias telepon pintar.



Smartphone lalu menjadi kebutuhan primer banyak orang. Ada banyak alasan dan tujuan berbeda yang mendorong orang memiliki smartphone. Alasan paling umum adalah supaya bisa ngecek email dan internetan kapanpun. Ada juga yang menggunakannya untuk blogging, memotret dan bermain game.



Nggak dipungkiri, smartphone membuka komunikasi via berbagai saluran. HP pertama saya beberapa tahun lalu cuma bisa dipakai SMS-an dan bertelepon, fungsi-fungsi dasar dari sebuah ponsel. Sekarang? Kita bisa email, Skype-an, instant messenger dan twitter-an hanya dengan sebuah gadget saja. Semakin pintar telepon, semakin mudah kita terhubung dengan orang lain.



Maka lalu jadi aneh kalau smartphone malah membuat penggunanya lebih susah dihubungi. Entah karena ybs lebih suka dihubungi via YM dibanding telepon, atau orang lain yang bikin hal gampang jadi susah. Adanya fitur-fitur canggih di smartphone kan sesungguhnya hanya melengkapi saja & membuatnya lebih powerful tanpa menghilangkan fungsi dasar ponsel: telepon dan SMS. Masa iya bisa LUPA bahwa secanggih apapun, BB bisa dipake buat teleponan..



Fanny: Mbak****** kok belum datang? Di mana sekarang?

Teman: Nggak tahu, udah gw email, BBM, buzz di YM, Gtalk nggak nyautin

Fanny: Oh. Udah telepon?
Teman: Eh iya belum..

Mungkin hanya masalah perubahan kebiasaan, gampangnya akses ke internet membuat saya dan orang-orang di sekitar lebih suka berkomunikasi via saluran internet. Selain lebih murah, kadang memang lebih cepat direspon. Sampai batas-batas tertentu memang efektif dan efisien. Namun ada kalanya kita mesti balik ke komunikasi gaya jadul: SMS atau telepon. Misalnya: butuh ngomong untuk pengambilan keputusan cepat dan kebutuhan untuk diskusi yang intens. Or simply when we need to call someone who doesn’t own any smartphone.



Tapi ada satu alasan yang agak mengenaskan dan lucu dari seorang pemilik smartphone yang susah dikontak: nggak punya pulsa. Untuk urusan ini, saya no comment.



Teman galak: Lo kenapa sih susah banget dihubungi?

Pemilik smartphone: E sorry tadi BB gw sempet lowbat.

Teman galak: Terus kenapa nggak nelepon gw balik?!

Pemilik smartphone: Eeerr.. gw YM lo sih, nggak ada pulsa.

Teman galak: Apa? Belum beli pulsa juga? You know what, you’re not rich enough to own a BB tau nggak?

jadi inget omongan temen yang tajem juga.. dia bilang ke temen gue yang pake smartphone cuman buat gaya-gayaan, aslinya cuman di pake sms ma tlp doank.. giliran di tanya kalo buat BBM dia malah balik nanya.. lalu dengan lugas teman saya bilang ke orang itu “Smart Phone, Stupid User”



Saya pernah baca artikel kalo salah satu perusahaan telepon genggam di Inggris sedang memproduksi telepon genggam sederhana alias kembali ke fungsi asalnya, hanya bisa sms dan telpon. Jadi ga ada layar sentuh bahkan tidak ada layarnya sama sekali, hanya tombol2 angka dan microphone, dan untuk phonebook-nya disediakan pensil dan kertas di balik telpon tersebut untuk mencatat nomor2 telpon Di saat smartphone merajalela ternyata ada orang yg sudah “muak” alias “cape” dengan kekompleks-an yang ada, hehehe…



Jadi inget percakapan di salah satu film drama korea yang intinya

“orang yang menggunakan barang canggih/terbaru adalah seorang amatir”



Saya keselek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar