English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Rabu, 09 Maret 2011

Ah.....Ah....Ahmadiyaaaaaaaahhhhh

Kali ini aku lagi mau nanya kepada sidang pembaca yang terhormat, ada yang sudah pernah baca isi Surat Keputusan Bersama 3 Menteri terkait dengan Ahmadiyah (atau juga Ahmadiyya)? Kalo ada yang belum, aku mau nyombong. Aku sudah baca, lho. Yang pertama aku pernah baca di KOMPAS beberapa waktu yang lalu, dan yang kedua aku baca versi online-nya di Detik.com, tentu saja.



T

Inilah selengkapnya isi dari SKB 3 Menteri tersebut.



1. Memberi peringatan dan memerintahkan untuk semua warga negara untuk tidak menceritakan, menafsirkan suatu agama di Indonesia yang menyimpang sesuai UU No 1 PNPS 2005 tentang pencegahan penodaan agama.



2. Memberi peringatan dan memerintahkan bagi seluruh penganut, pengurus Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) sepanjang menganut agama Islam agar menghentikan semua kegiatan yang tidak sesuai dengan penafsiran agama Islam pada umumnya, seperti pengakuan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW.



3. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada anggota atau pengurus JAI yang tidak mengindahkan peringatan tersebut dapat dikenai sanksi seusai peraturan perundangan.



4. Memberi peringatan dan memerintahkan semua warga negara menjaga dan memelihara kehidupan umat beragama dan tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum terhadap penganut JAI.



5. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada warga yang tidak mengindahkan peringatan dan perintah dapai dikenai sanksi sesuai perundangan yang berlaku.



6. Memerintahan setiap pemerintah daerah agar melakukan pembinaan terhadap keputusan ini.





Overall, aku cuma bisa berlapang-dada saja dengan keputusan pemerintah kita itu. Setidaknya, itu adalah keputusan yang menurutku terbaik dari berbagai tuntutan yang ada saat ini, seperti tuntutan buat membubarkan Ahmadiyah dan mencapnya sebagai aliran sesat. Tapi ya tetap saja, yang namanya overall bukan berarti lantas aku setuju dengan semua poinnya.



Menyinggung sedikit saja tentang sesat-menyesatkan, aku pernah ngomong ke temenku yang anak kyai waktu kami berdua masih jadi pengajar di salah satu madrasah di Pancoran,(aku sih Cuma ngajar bahasa Inggris disana..he he he) Aku sempat bilang ke dia, jangan sampai pemerintah kita ataupun MUI mengeluarkan fatwa yang menunjuk bahwa Ahmadiyah adalah sesat. Lebih baik Ahmadiyah dianggap sebagai agama baru saja. Agama yang di luar Islam, seperti Kristen, Katolik, Buddha, atau Hindu, atau apapun itu, kalau Ahmadiyah memang mau dianggap melanggar akidah pokok agama Islam. Asal jangan dibilang aliran sesat saja.



Bukan apa-apa, masalahnya ketika sebuah aliran atau golongan atau organisasi disebut sebagai kaum yang sesat – apalagi ada embel-embel “Islam sesat”-nya -, biasanya pasti bakal ada keributan. Orang-orang tolol sok kuat yang merasa mewakili “kemurnian” ajaran Islam biasanya bakal melakukan “pembantaian” besar-besaran terhadap golongan tersebut. Orang-orang kita, Endonesa ini, belum cukup dewasa untuk menerima perbedaan, yang padahal kalo mau bicara perkara sesat dan menyesatkan dalam konteks Islam, agama yang selain Islam harusnya dicap sebagai agama sesat juga. Toh pemerintah nggak pernah melakukan hal itu, kan? Bisa runyam negara ini kalo fatwa sesat itu dikeluarkan secara resmi di hadapan publik sambil menunjuk seluruh agama yang bukan Islam. Siapa yang mau dikata-katain sebagai manusia sesat?



Dan balik ke Ahmadiyah. Sekarang aku mau ngasih tunjuk 1 poin di mana aku nggak sreg sama pernyataan pemerintah:



Point SKB No. 2 : Memberi peringatan dan memerintahkan bagi seluruh penganut, pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) sepanjang menganut agama Islam agar menghentikan semua kegiatan yang tidak sesuai dengan penafsiran Agama Islam pada umumnya. Seperti pengakuaan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW.



Yeah, itu. Di situ itu aku agak nggak sregnya.



Okelah, salah 1 ajaran pokok Islam adalah mengakui Muhammad sebagai nabi terakhir dan tidak ada nabi lagi setelahnya. Dan, dalam benak masyarakat sekarang ini, salah 1 inti ajaran Ahmadiyah adalah mengakui Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah Muhammad. Ini yang membuat orang-orang (yang pada ngaku pemeluk) Islam “murni” itu berang. Padahal, apa iya kayak gitu?



Aku ceritakan ya....waktu aku pertama kali datang ke Kediri jauh-jauh dari Bandung numpang kereta api, tempat pertama yang kudatangi setelah aku turun dari bis adalah sebuah rumah kos-kosan di daerah Dlopo. Yang punya rumah itu adalah sepasang eyang yang kemudian kubahasakan sebagai “Eyang Dlopo” (ini memotong seenaknya dari nama komplit beliau).



Di situ itu sebenarnya kos-kosan untuk putra. Tapi karena 1 dan lain hal, juga berkat keahlianku bermain silat sambil menggunakan lidah, aku diterima sebagai satu-satunya cewek yang ngekos di situ, walau Cuma untuk 3 minggu. Betapa menyenangkannya. Dan berkat ilmu silatku itu juga, suatu ketika waktu Om-ku dari Sleman datang buat silaturahmi, eyang putri di situ sempat memberi testimonial tentang aku ke Om-ku. “Fanny itu anak perempuan tomboy tapi perangainya halus sekali, ya. Persis seperti tokoh Srikandi,” kata eyang putri di situ yang membuat Om-ku nyaris tersedak air teh yang sedang diminumnya.



Perhatikan, sodara-sodara! Fanny Asries Kusfariani Wiriaatmadja berhasil melakukan penipuan kepada publik, hahaha!



Balik lagi ke perkara tempat kosku itu. Di ruang tamu di situ – tempat aku sering numpang nonton infotainment artis di tivi – aku liat banyak sekali foto-foto yang waktu itu kucurigai sebagai foto-foto ulama. Ciri khasnya jelas: surban dan baju gamis. Eyang Dlopo berdua ini memang agamis sekali, selain baik sama aku, tentunya. Misalnya aja, aku yang waktu itu sedang persiapan tulisan-tulisanku, aku selalu dibawakan cemilan tiap malam pas aku sedang (pura-pura) kerja. Kalau pagi, aku dibikinin susu sama kadang-kadang dianterin sarapan. Benar-benar fasilitas yang kayaknya cuma khusus buat aku. Sudah satu-satunya cewek, diistimewakan pula. Mewah, dah, pokoknya.



Eyang Dlopo juga sering nasehatin aku supaya tiap malam jangan lupa shalat tahajjud, memohon kepada Allah supaya kerjaanku diberi kemudahan.



Begitulah, sodaraku. Yang aku tau adalah bahwa Eyang Dlopo berdua itu seorang pemeluk Islam yang taat, tanpa pernah tau sampai ketika kemudian hari temen perempuanku juga kos di sana, dia mengenali salah 1 foto ulama yang ada di ruang tamu itu sebagai Mirza Ghulam Ahmad!



Eyang ternyata penganut aliran Ahmadiyah.



Tapi apa kemudian itu jadi problem? Buat aku tentu saja tidak. Yang membuat perasaanku memang sedikit agak janggal adalah bahwa eyang putri setiap hari Jumat juga selalu berangkat Jumatan. Apa itu masalah? Nggak, kan? Dalam Islam “murni” sendiri nggak ada larangan kepada perempuan untuk Jumatan, tho? Tapi ya memang cuma agak nggak lazim aja, sih, menurut perasaanku. Di Endonesa ini nggak banyak kaum perempuan yang ikutan Jumatan, soale. Selebihnya, semuanya sama saja. Nabinya eyang yang terakhir setauku juga tetap Muhammad. Eyang juga masih membaca Alqur’an sebagai kitab sucinya. Terus pagi-pagi aku selalu dibangunkan sama suara pengajiannya Zainuddin Zidane, aeh, Zainuddin M.Z. via radio yang disetel sama eyang. Mirza Ghulam Ahmad? Ah, dalam penafsiran mereka, Oom Mirza itu cuma Imam Mahdi yang dijanjikan bakal muncul sendiri oleh Nabi Muhammad pada akhir jaman.



Jadi, sekali lagi, menurut jamaah Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad itu “cuma” Imam Mahdi. Bukan nabi!



(Cuma, aku sendiri memang sedikit sangsi, sih. Ini perkara personal. Aku meyakini Imam Mahdi bakal muncul di dunia ini kemudian didampingi oleh Nabi Isa. Tapi ke mana sembunyinya Nabi Isa? Padahal Imam Mahdi-nya sudah nongol)



Kalau sudah begini, lalu di mana letak kesesatan Ahmadiyah? Tidak ada ajaran pokok Islam yang dilanggarnya, kok. Semuanya masih sama. Tuhannya sama, nabinya sama, kitab sucinya sama. Kalo ada yang menganggap kitab-apa-itu-namanya-aku-lupa dari Oom Mirza itu sebagai kitab sucinya Ahmadiyah, itu bohong besar kataku. Kitab itu cuma diposisikan sebagai kumpulan catatan-catatannya Oom Mirza yang berisi nasehat-nasehat dalam menjalani hidup saja. Itu thok.



Sekarang, kalo perkara penafsiran terhadap Imam Mahdi, apa itu merupakan pelanggaran terhadap ajaran pokok Islam? Masalahnya, apa di Alqur’an sendiri Allah pernah menyebut ciri-ciri detail Imam Mahdi? Nggak, kan? Kalo sudah begini, apa berarti mereka yang menafsirkan dan mengakui Oom Mirza itu sebagai Imam Mahdi itu lantas berarti bukan pemeluk Islam? Ah, ada-ada aja. Menurutku Ahmadiyah belum melanggar kaidah pokok agama Islam. Lalu kenapa banyak pihak yang mendesak pemerintah supaya Ahmadiyah diberi cap sesat?

Kalau menurut saya, ya, mbok coba dibayangkan kalau agama kita itu dicerca habis-habisan. Bayangkan ibu dan ayah kita dianggap sesat. Adik-adik kita diperintahkan taubat oleh orang-orang yang tak jelas asal-usulnya. Pemerintah dituntut membimbing kita supaya mengubah keyakinan kita. Kemudian ada yang membela, tapi sehabis itu babak belur dihajar di Monas. Ada juga yang akhirnya dibunuh di Cikeusik.. L Dan akhirnya, kita tidak diperbolehkan menyebarkan ajaran kita.



Tidak enak, tho?



Kalau kata saya ya logika dasar saja. Kalau tidak mau dibegitukan, ya tidak usah membegitukan orang. Kalau tidak salah sih, itu yang namanya toleransi. Sudah diajarkan sejak kita belum baligh.

Setauku yang membuat mereka dianggap sesat itu tauhidnya, jadi gini, setauku Islam itu tuh ya “La Ilaha Ilallah Muhammad Rasulullah” titik! ndak pake ada Mirza Ghulam Ahmad segala, itu hal yang bikin Ahmadiyah dianggap beda dengan “Islam pada umumnya” itu..



Kalo soal peribadatan, setauku mereka sama aja koq, malahan beberapa aliran laen lebih aneh, kaya LDII yang orang lain yang kalo bukan aliranya dianggap najis, dah pernah blom rampung shalat trus dipel? hehehe..ada juga Syi’ah, malahan lebih parah karena mereka tidak mewajibkan jum’atan, tur shalatnya cuma 3 kali sehari..tapi kenapa Syiah dan LDII itu tidak diperangi dan tetap dianggap Islam?ya itu tadi, mereka masih satu Tauhid dengan “Islam pada umumnya”..sedangkan Ahmadiyah membuat kesalahan fatal dengan membuat Nabi baru setelah Rasulullah Muhammad..



Oia ada yang bilang juga kalau Ahmadiyah pun ada 2 aliran, yang satu total mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, yang satunya hanya menganggap sebagai Wali/Imam saja..mungkin Eyang Dlopo itu adalah penganut aliran yang kedua



Jadi ya begitulah setidaknya yang aku tau. Maka kalo sekarang ada yang mau meralat apa yang aku tau, monggo, silakan saja. Aku bakal senang sekali bisa dapat informasi tentang dunia selebritis di tanah air yang baru.



Tapi teteeeep...apapun alasannya aku gak setuju ada acara "bunuh-bunuhan"atas nama AGAMA....

Setiap penganut agama yang ta'at ( apapun agamanya ) pasti mengimani kalau NYAWA itu adalah HAK PREROGATIVE Allah SWT....dan apapu agama dan kepercayaan seseorang adalah BUKAN URUSAN ORANG LAIN... itu murni urusan dia dengan penciptanya..toh SURGA DAN NERAKA JUGA TANGGUNG JAWAB PRIBADI MASING-MASING.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar