English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Rabu, 09 Maret 2011

Untung Beliau Sudah Mati Duluan..........

Ada yang menarik dalam proses replikasi naskah kuno Jawa. Jaman dulu perbanyakan naskah dikerjakan oleh juru tulis, dan juru tulis biasanya merangkap seorang sastrawan. Makanya ketika naskah Hindi disalin ke dalam bahasa lokal, sering sang juru tulis juga mengadaptasi naskah itu supaya lebih ke-lokal-lokal-an.



Saya jadi ingat babon terjadinya alam semesta gubahan Ronggowarsito yang saduran naskah India. Di situ dituturkan bahwa setelah Betara Antaga gagal menelan gunung dan Betara Ismaya sukses menelan gunung tapi bentuk badannya jadi besar, gemuk dan tidak karuan, maka Sang Hyang Tunggal melimpahkan kuasa kedewaan ke putra bungsunya yang bernama Manikmaya.



Kemudian si putra sulung, Antaga, disuruh turun ke bumi menjadi Togog dan ditemani Bilung mendampingi tokoh-tokoh berwatak buruk. Putra kedua, Ismaya diturunkan ke bumi untuk mendampingi para satria baik hati bersama tiga anaknya Gareng, Petruk dan Bagong. Ismaya kemudian berganti nama menjadi Semar.



Manikmaya yang berparas ganteng tanpa cacat pada mulanya congkak karena merasa paling ganteng dan paling berkuasa. Ya jelas aja secara dia merajai khayangan dan menguasai alam semesta! Karena stress anaknya kok jadi belagu gitu maka Sang Hyang Tunggal mengutuk Manikmaya kelak bertaring, bercacat kaki, dan bertangan empat.

Dan kutukan itu bener-benar terjadi.



Manikmaya mendapat taring gara-gara mengatai istrinya yang tidak mau melayani nafsu. Padahal waktu itu Manikmaya lagi horny banget. Ya gimana istrinya nggak nolak, lha Manik ngajak gituan di atas sapi terbang. Kalau ketahuan, apa nanti kata tetangga?

Kemudian kaki Manikmaya menjadi lemah karena nyeletuk ‘KAKI MANUSIA KALAU BARU LAHIR LEMAH YA!?” saat menyaksikan kelahiran Yesus. Dan akhirnya tangannya menjadi empat gara-gara dia tertawa terbahak-bahak melihat orang sedang sholat memakai rukuh.



Manikmaya memang mirip Shiva dalam ajaran Hindu walaupun perannya diubah oleh Ronggowarsito. Akan tetapi, peran Manikmaya dari sudut pandang ajaran Nasrani justru ditinggikan karena dia secara gaib mengawasi proses kelahiran Nabi Isa. Dari sudut pandang ajaran Islam, dia mentertawakan orang sholat.

Semestinya pujangga kerajaan Surakarta semacam Ronggowarsito memiliki motif tertentu dalam mencomot sana-sini ajaran berbagai agama. Saya tidak tahu apa alasan dia.

Mungkin ronggowarsito tidak setuju dengan konsep ke-dewa-an, jg tdk setuju dengan lahirnya yesus, dan juga tidak setuju dengan ritual shalat. Karena saat itu ronggowarsito hidup dalam kultur politik, budaya, religi yang saling kuat mempengaruhi dan bebarengan dengan itu ronggowarsito saat itu memposisikan dirinya sebagai oposisi kekuasaan lewat karyanya. Kekecewaanya ditumpahkan dengan penolakan pengaruh2 saat itu.



Tapi saya tahu kalau gubahan itu diterbitkan jaman sekarang, Ranggawarsita bisa dituduh menodai ajaran agama.

Bisa habis dia diganyang FPI....gyahahahhahaha... Untung beliau dah mati sejak jaman dahulu kala...



Menarik bahwa intepretasi mengenai agama bisa berbaur dengan budaya dan karakter lokal. Benar benar seperti membaca cerita silat, digabung kitab suci dan roman picisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar